Dies Natalies Ke-64, UNAIR Gelar Wayang Orang “Maharaja Airlangga”

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
GALUH Sekar (kiri) dan Airlangga mengikuti prosesi pernikahan dalam pergelaran wayang orang dengan judul ”Maharaja Airlangga” di Gedung Pertunjukan Taman Budaya Jawa Timur (Cak Durasim, Red) pada Jum’at malam (30/11). (Foto: Feri Fenoria Rifa’i)
GALUH Sekar (kiri) dan Airlangga mengikuti prosesi pernikahan dalam pergelaran wayang orang dengan judul ”Maharaja Airlangga” di Gedung Pertunjukan Taman Budaya Jawa Timur (Cak Durasim, Red) pada Jum’at malam (30/11). (Foto: Feri Fenoria Rifa’i)

UNAIR NEWS – Dalam rangka memperingati hari jadinya yang ke-64, Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan pagelaran wayang orang dengan judul “Maharaja Airlangga” di Gedung Pertunjukan Taman Budaya Jawa Timur (Cak Durasim, Red) pada Jum’at malam (30/11).

Pemprakarsa wayang Airlangga, Dr. Sri Tedi Rusdy, SH., M.Hum dalam sambutannya mengatakan bahwa lakon wayang Airlangga sudah kali kelima dipergelarkan. Tiga kali pertunjukan wayang orang, dan dua kali pertunjukan wayang kulit.

”Dari kelima pagelaran tersebut, semoga wayang Airlangga bisa terus dipergelarkan, karena kita dapat inspirasi, semangat, kesetiaan, keperkasaan, serta kecerdasan Airlangga dalam membangun negeri,” terang Alumnus FIB UNAIR tersebut.

Sementara itu, Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., CMA., AK., dalam sambutannya juga mengatakan jika perjuangan Airlangga dalam menyejahterakan rakyatnya jika perlu untuk diketahui bersama.

”Kita perlu mengetahui, bagaimana peran Raja Airlangga dalam memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya di Kerajaan Kahuripan,” terangnya.

Pertunjukan Wayang Airlangga

Pagelaran wayang yang mengangkat cerita Maharaja Airlangga tersebut dibuka oleh penampilan tari Diah Ayu Gayatri. Kemudian dilanjutkan dengan nyanyian Sugih Tanpo Bondo dan Mirah Ingsun lagu dari Sujiwo Tejo.

Setelah itu, terdapat adegan di mana Sang Bhatara Wisnu bertitah ke Garudeya untuk bersedia ditunggangi. Dengan menyebarkan kebijaksanaan, dia menitis kepada seorang pangeran yang ditakdirkan menjadi raja di Jawa, yakni Airlangga.

Pertunjukkan itu semakin seru ketika pertunangan Airlangga dengan Galuh Sekar. Ketika itu terjadi Pralaya, yakni pembunuhan massal Raja Wurawari pada keturunan Mpu Sindok di Kerajaan Medang. Seluruh wangsa Isyana tersebut mati, kecuali pangeran Airlangga beserta pengikut yang dapat menyelamatkan diri.

Bersama pengikutnya yang paling setia, Narottama. Airlangga mengamankan diri ke Sidayu dengan mesu budi (bertapa, Red). Setelah mendapat pencerahan, Airlangga kembali membangun kerajaan yang runtuh akibat serangan Wurawari.

Pada akhirnya Airlangga dapat membuat musuhnya bertekuk lutut dan mengambil kembali tampuk kekuasaannya di tanah Jawa. Dia lalu menyejahterakaan rakyatnya dengan membangun bidang ekonomi, kebudayaan, keagamaan, dan infrastruktur seperti Bendungan Wringin Sapta.

Setelah penampilan usai, pertunjukkan yang disutradarai Heri Lentho dan ditulis oleh Setyaji tersebut mendapat apresiasi penuh dari penonton. Bahkan Budayawan Sujiwo Tejo juga turut hadir menyaksikan pertunjukkan wayang tersebut. (*)

Penulis: Fariz Ilham Rosyidi

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).