Ari Lasso & Deredia Sukseskan “105 Cahaya di Langit Surabaya” Dies Natalis FK UNAIR

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
ari lasso
DIANTARA penampilan Ari Lasso (kanan) didepan ribuan alumni dan mahasiswa FK UNAIR. Mantan vokalis Dewa 19 itu menghibur pentas ”105 Cahaya di Langit Surabaya” dalam memperingati Dies Natalis FK UNAIR ke-105, Sabtu (10/11). (Foto: Bambang Bes)

 

UNAIR NEWS – Malam “105 Cahaya di Langit Surabaya” berlangsung meriah, Sabtu (10/11) malam. Konser musik dalam rangka memeriahkan Dies Natalis ke-105 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini dihelat di halaman fakultas yang berdiri sejak tahun 1913 itu.

Ditengah hingar-bingar alunan musik tiga kelompok musik yang memeriahkan, yaitu Ferina Band (FK Unair), Deredia (Jakarta), dan Ari Lasso Band, malam itu juga diresmikan aplikasi online majalah “Dokter”. Sebelum ini majalah itu diterbitkan secara cetak oleh IKA-FK UNAIR. Setelah ini akan tampil secara online sehingga mudah diakses para sejawat dan alumni.

Setelah konser dibuka resmi oleh Dekan FK UNAIR Prof. Dr. Soetojo, dr., SpU(K), Ferina Band, kelompok musik gugusan dari beberapa alumni FK, menghentak panggung. Kilauan warna-warni sorot lighting memacu semangat dr. Aucky Hinting., Sp.And., PhD dan kawan-kawan.

Sebagai vokalis, dokter ahli bayi tabung FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo ini sukses melantunkan lima lagu. Digebrak dengan “Yellow”, nomor ciamik dari Coldplay, memacu penonton yang sebagian besar alumni dan mahasiswa FK UNAIR, antusias merangsek panggung.

FERINA Band tampil membuka konser ”105 Cahaya di Langit Surabaya” memperingati Dies Natalis FK UNAIR ke-105. Dr. Aucky Hinting (depan) sang vokalis dengan lima lagunya. (Foto: Bambang Bes)

Apalagi, kemudian disusul dengan aroma rock dari Rolling Stones “Ruby Tuesday”. Kendati lagu ini kurang dikenal telinga anak jaman now, namun mereka tetap berjingkrak berkat hentakan musiknya. Suasana lebih hangat lagi ketika lagu Guns N Roses: “Sweet Child O’ Mine” dinyanyikan dr. Aukcy. Penonton makin bersemangat.

Kemudian lagu “Separuh Aku” dari Noah menjadi satu-satunya pop Indonesia bagi Ferina. Sebagai pamungkas, dinyanyikan nomor cantik dari Ronan Keating, yaitu “When You Say Nothing”. Pasca Ferina Band, lalu ditampilkan Tari Saman oleh mahasiswi FK UNAIR yang tampil rancak, kompak, dan memukau.

Giliran berikutnya Deredia band. Band ber-genre musik era 1950-an ini dibentuk tahun 2014. Deredia diambil dari bahasa Flores, artinya Nyanyian Merdu. Band ini digawangi lima pemusik Jakarta yaitu Yosua Simanjuntak (gitar), Papa Ical (bass), Raynhard Lewis Pasaribu (pianika dan keyboard), Aryo Wicaksono (drum) dan vokalis “si centil” Louise Monique Sitanggang.

Deredia membuka dengan lagu “Bersuka ria”. Lagu ciptaan Bung Karno ini pernah dirilis dalam album kompilasi tahun 1965. Disusul “Teman Seperjuangan”, “Ratu Sejagad”, lalu lagu lama ciptaan Bing Slamet “Nurlela”. Disini tampak, anak-anak muda ini kurang “akrab” dengan syair lagu-lagunya. Namun dinamisnya ritme musik dan ajakan “ceriwis” si Louise, vokalisnya, dendang penonton makin menggila. “Goyang kanan, dan ke kiri, berputar bersama-sama….” begitu reffrain lagu “Lagu Dansa”.

Lagu lama yang aransemennya sudah dimodernisir, juga dibawakan. Misalnya “Anak Kambing Saya”, sebuah lagu ciptaan Ibu Sud dari Nusa Tenggara Timur. Kemudian Deredia mengakhiri konsernya dengan aroma “Rasa Sayange” (ciptaan Paulus Pea) lagu daerah Maluku.

ari lasso
DEREDIA band in action. Mengusung lagu-lagu tahun 1950-an, band asal Jakarta menghibur penonton pentas musik ““105 Cahaya di Langit Surabaya” dalam Dies Natalis FK Unair ke-105. (Foto_ Bambang Bes)

Barulah puncak konser ditampilkan Ari Lasso bersama bandnya. Nuansa kostum hitam-hitam mendominasi penampilan arek Suroboyo alumni Fakultas Ekonomi UNAIR ini. Sepuluh lagu-lagu hit-nya berhasil menghibur, melaju deras dilahap antusiasme penonton yang tak henti-henti ikut bernyanyi.

”Tahun 1992 saya ikut UMPTN dan mendaftar FK, tapi gagal. Tapi akhirnya diterima Fakultas Ekonomi Unair. Seandainya dulu diterima di FK, saya juga seperti kalian,” kata Ari. “Tapi meski tidak menjadi dokter, saya bangga karena bisa disini ikut memeriahkan Dies FK Unair. Usia 105 lebih tua dari negeri ini. Selamat FK Unair jadi FK terbaik di Indonesia,” kata Ari Lasso.

Pria kelahiran Madiun ini menggebrak pentas dengan “Mengejar Matahari”. Penonton pun mulai koor dan merangsek ke bibir panggung. Dilanjutkan dengan lagu ”Arti Cinta”, “Penjaga Hati”, “Elang”, kemudian nomor “Perbedaan” yang dibawakan duet bersama Sintia.

Bagi ratusan alumni dan mahasiswa FK Unair, semua lagu Ari Lasso adalah hits. Berdiri sambil berayun dan berjingkrak sepanjang penampilan, itulah penggemar Ari malam itu. Di kursi undangan antara lain ada Wakil Rektor I Unair Prof. Djoko Santoso, Ketua SAU Unair Prof. Joewono Soeroso, Dekan FK Prof. Soetojo dan ketiga Wakil Dekan FK, Ketua IKA-FK Dr. Pudjo Hartono, dan ratusan sejawat FK lainnya.

Hampir tengah malam. Tapi kehangatan masih berlanjut. Meluncurlah lagu “Rahasia Perempuan”, “Misteri Illahi”, “Patah Hati”, “Hampa”, “Seandainya”, dan dipungkasi dengan komposisi yang sangat terkenal dimana pernah dipopulerkan bersama Dewa-19. Inilah lagu ”Kamulah Satu-satunya” menutup konser yang berakhir damai, aman, dan semua puas. (*)

Penulis: Bambang Bes

Berita Terkait

Achmad Chasina Aula

Achmad Chasina Aula

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi