Dulu Hitam kini Langitnya Biru, Kota Kitakyushu Inspirasi Mahasiswa Teknik Lingkungan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
ILUSTRASI Kota Kitakyushu, Jepang, yang menjadi sorotan dunia sebagai perlambangan SDGs (Sustainable Development Goals). (Foto: Pixabay)
ILUSTRASI Kota Kitakyushu, Jepang, yang menjadi sorotan dunia sebagai perlambangan SDGs (Sustainable Development Goals). (Foto: Pixabay)

UNAIR NEWS – Berkesempatan bertemu dengan Dosen Universitas Kitakyushu, Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga belajar banyak dari kota Kitakyushu Jepang. Dr. Eng Fujiyama Atsushi yang melakukan kunjungan ke Indonesia pada akhir September (26–30/9) bersama Indriyani Rachman dan Hayashi yang mendampingi kunjungannya.

Fujiyama menerangkan banyak hal tentang kota Kitakyushu. Kota yang telah menjadi sorotan tidak hanya dari negaranya sendiri, Jepang. Bahkan telah menjadi sorotan dunia sebagai perlambangan SDGs (Sustainable Development Goals).

”Kitakyushu dulunya adalah kota yang sangat kotor. Langitnya juga sangat kotor. Sekarang telah berubah menjadi kota yang sangat bersih,” ungkap Fujiyama.

Menurut Fujiyama, Kota Kitakyushu yang jaraknya sekitar 1.000 km dari Tokyo itu bisa menjadi contoh. Bagaimana bisa kota tersebut dapat menata diri sampai pada kondisi yang baik seperti saat ini.

Sambil membandingkan foto kota dulu dan sekarang, Fujiyama menambahkan bahwa di Kitakyushu, ada suatu pelabuhan yang sangat terkenal. Orang biasanya menyebutnya laut di sana mati. Ikan tidak ada yang bisa hidup di sana. Dan, benda yang terendam menjadi setengah hancur karena pencemarannya.

”Itu dulu. Sekarang, orang aja bisa berenang di laut tersebut apalagi ikan,” ujar Fujiyama.

Perubahan tersebut berawal dari bentuk protes masyarakat yang diwakili ibu-ibu di sana dengan membuat satu video dengan judul ”Saya Merindukan Langit Biru”. Lantaran, terlalu parahnya polusi di sana. Dulu di atas genting sampai terdapat debu yang menempel, bahkan kalau anak kecil main di luar mukanya kotor karena debu.

”Dari protes itu, industri dan pemerintah mengambil langkah. Pemerintah membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah, Red)  dan Industri memikirkan pemanfaatan energi dan penyaringan asap pabriknya,” tutur Fujiyama.

Perubahan terlihat jelas, Kitakyushu yang kotor pada 1950-an menjadi Kitakyushu yang langitnya berwarna biru dan air yang bersih. Bukan hanya itu, ingin berbagi ilmu, Kota Kitakyushu juga menyediakan tempat belajar tentang limbah-limbah, energi alternatif, lingkungan hidup, serta manajemen lingkungan di sana.

FOTO Bersama Setelah Selesai Berbagi Ilmu tentang Kota Kitakyushu. (Foto: Istimewa)
FOTO Bersama Setelah Selesai Berbagi Ilmu tentang Kota Kitakyushu. (Foto: Istimewa)

Baiknya manajemen lingkungan di sana terlihat dari pemilahan sampah sampai akhir. Pembuangan lumpur atau limbah hasil akhir proses digunakan sebagai bahan reklamasi dengan tetap tidak merusak lingkungan.

Di atas reklamasi lahan dari bahan hasil pengolahan limbah tersebutlah dibangun Kitakyushu Eco-town yang terdiri atas pabrik pengolahan limbah serta bermacam-macam perusahaan Eco-Town. Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa Teknik Lingkungan UNAIR diharapkan lebih bersemangat lagi dalam mendalami perkuliahan di bidangnya dan mampu menerapkannya di Indonesia. (*)

 

Penulis: Hilmi Putra Pradana

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).