43 Tahun Tim Dokter FK UNAIR Tangani Kasus Kembar Siam di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ahli bedah
(Sang Bapak Kembar Siam) dr Agus bersama tauhid Soleman saat bercengkerama bersama. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Jauh sebelum Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSUD Dr Soetomo FK UNAIR Surabaya terbentuk, sejarah penanganan bayi kembar siam telah lebih dulu dimulai  sejak  tahun 1975.

Pada tahun 1975 RSUD Dr. Soetomo – FK UNAIR pertama kali dapat memisahkan kasus kembar siam heteropagus jenis kelamin perempuan usia 2 tahun berasal dari Tajau Pecah Kalimantan Selatan. Di antar ke RSUD Dr Soetomo oleh wartawan Banjarmasin Post.

Pada tahun 1990 Tim Kembar Siam RSUD Dr Soetomo – FK UNAIR yang diketuai oleh Prof. dr. Erwin Sarwono, SpA(K) berhasil memisahkan kembar siam pygopagus perempuan asal dari Kediri.

Sejak saat itu RSUD Dr. Soetomo terus menangani operasi bayi kembar siam yang lahir di Jawa Timur, maupun rujukan dari beberapa rumah sakit di Indonesia. Pada waktu itu proses penanganan belum terpadu. Meski demikian kegiatan operasi kembar siam yang dilakukan terbukti membawa manfaat nyata. Keberadaan Tim Kembar Siam RSUD Dr. Soetomo makin dikenal.

Pada tahun 2005 oleh Direktur RSUD Dr Soetomo Dr. H. Slamet R Yuwono, DTM&H, MARS dan Dekan FK UNAIR Prof. DR. Dr. H.M.S Wiyadi, SpTHT dibentuk Tim Operasi Bayi Kembar Siam RSUD Dr Soetomo FK UNAIR.

Saat itu, tim Operasi Kembar Siam yang diketuai oleh Alm. Prof. dr. Sylviati Damanik,  SpA (K) berhasil memisahkan kembar siam thoracoabdominopagus dari Denpasar. Waktu ini keadaan sudah relatif lebih tertata,meskipun  stuktur organisasi dan tata laksana penanganan kembar siam belum begitu lengkap.

Pada tanggal 25 Juni 2009 oleh Direktur RSUD Dr Soetomo Dr. H. Slamet R Yuwono, DTM&H, MARS dibentuk Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo FK UNAIR yang diketuai oleh  Agus Harianto, dr., SpA(K).

Anggotanya terdiri dari 125 orang dari beberapa multidisplin. Disusun struktur organisasi dan prosedur tetap tatalaksana penanganan kembar siam secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

Struktur Organisasi dan Protapnya Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo FK UNAIR selalu diperbarui setiap periode pergantian direktur RSUD Dr Soetomo, tahun 2014 oleh dr. Dodo Anondo, MPH dan tahun 2017 oleh dr. H. Harsono. Sekarang anggota Tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo FK UNAIR berjumlah 117 orang.

Dengan terbentuknya Pusat Layanan ini maka muncullah struktur organisasi yang jelas. Prosedur tetap (protap) tata laksana penanganan kembar siam juga sudah dibuat  secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

Kini RSUD Dr. Soetomo-FK UNAIR Surabaya sudah dikenal sebagai pusat pelayanan kembar siam di Indonesia. Predikat ini bukan tiba-tiba diperoleh secara tiba-tiba, tetapi melalui proses panjang dalam suka dan duka menegakkan sebuah komitmen.

Pada tahun 1990 ditorehkan prestasi yang cukup berarti  ketika Tim Kembar Siam RSUD Dr. Soetomo yang diketuai oleh Prof. dr. Erwin Sarwono, SpA(K) berhasil memisahkan kembar siam pygopagus perempuan asal dari Kediri.

“Seiring dengan perjalanan waktu semakin bertambah masalah yang harus ditangani, semakin berkembang kebutuhan yang harus disiapkan agar penanganan kembar siam semakin efektif dan efisien. Kami juga senantiasa berupaya melakukan pembenahan dan penyempurnaan sistem serta manajemen tata laksana,”ungkap Ketua Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSUD Dr Soetomo FK UNAIR Surabaya Agus Harianto, dr.,SpA(K).

Penanganan kembar siam di Indonesia berbeda dengan di luar negeri. Banyak faktor dan masalah komplek yang harus dihadapi. Oleh karena itu perlu dilaksanakan sistem rujukan yang optimal dengan memerhatikan prognosisnya.

Beruntung, Tim PPKST telah membuat prosedur tetap penanganan kembar siam secara paripurna, mulai penanganan sejak dalam kandungan, selama persalinan, pascapersalinan, hingga operasi pemisahannya.

“Sebagian besar kasus kembar siam yang dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo adalah jenis thoracoabdominopagus yang nonsurvival, meninggal beberapa jam di RSUD Dr. Soetomo atau selama perawatan di NICU IRD. Oleh karena itu perlu dibuatkan sistem rujukan yang optimal dengan memerhatikan prognosisnya,” jelasnya.

Semua kasus kembar siam dikawal sejak awal hingga pemulangannya, baik kasusnya survived maupun meninggal dunia. Dilakukan pemantauan tumbuh kembang dan rehabilitasi secara berkala, teratur, dan berkesinambungan oleh tim kembar siam.

Penulis: Sefya H Istighfaricha

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).