Konsumsi Herbal untuk Antisipasi Mual Usai Kemoterapi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Konsumsi Herbal untuk Antisipasi Mual Usai Kemoterapi.

UNAIR NEWS – Mual dan muntah kerap dialami oleh sebagian penderita kanker usai menjalani kemoterapi. Meskipun dianggap sebagai efek samping dari proses pemberian obat anti kanker, namun gejala mual dan muntah sebenarnya memerlukan perhatian khusus. Mengapa?

Mual dan muntah yang dialami oleh penderita kanker pasca kemoterapi sebenarnya dapat memicu stres dan trauma berkepanjangan. Tidak hanya bagi si penderita tapi juga keluarga. Jika tidak diatasi, maka dalam situasi yang kurang nyaman seperti ini akan mendorong penderita berhenti melakukan kemoterapi. Kalau sudah begini, akibatnya proses penyembuhan menjadi tidak maksimal.

Di samping kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh sel kanker, ternyata pemberian obat antikanker juga membawa efek samping, yang dapat memengaruhi kondisi biologis, fisik, psikologis, dan sosial penderita.

Bakti Surarso, dr., Sp. THT-KL(K), FICS mengatakan sekitar 20-30 persen penderita kanker mengalami hal tersebut. Meski tidak bisa dihindari, namun gejala mual dan muntah setelah kemoterapi sebenarnya dapat diantisipasi melalui beberapa cara.

Antara lain, dengan mengonsumsi obat-obatan anti muntah, herbal, akupunktur, hingga melakukan terapi biopsikobehavioral.

Bakti menjelaskan, mual dan muntah yang dirasakan usai kemoterapi digolongkan menjadi tiga berdasar waktu kejadian. Yakni akut, lambat, dan antisipatori. Mual muntah akut terjadi dalam 24 jam pertama setelah kemoterapi. Puncaknya terjadi pada 5-6 jam setelah kemoterapi.

Pada tipe lambat, umumnya terjadi setelah 24 jam pemberian kemoterapi, dan mual muntah tetap dirasakan selama 5-7 hari setelahnya. Sementara mual dan muntah antisipatori terjadi sebelum pemberian kemoterapi.

Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, ada beberapa cara agar mengurangi efek mual dan muntah ketika sebelum maupun sesudah kemoterapi.

Pertama, dengan memberikan obat antimuntah. Beberapa pilihan obat antimuntah yang dapat dikonsumsi antara lain mengandung palanosetron, aprepitant, fosaprepitant, netupitant, lorazepam, karbamazepin, proklorperazin, metoklopramid, deksametason, dan gabapentin.

“Obat-obat tersebut dapat mencegah atau mengurangi mual muntah dengan cara yang berbeda-beda. Sehingga, efek penggunaannya pun menjadi tidak sama,”ungkapnya.

Selain pemberian obat antimuntah, Bakti juga menyarankan pemberian suplemen herbal. Di China, jahe (Zingiber officinale) telah digunakan sebagai obat mual dan kembung sejak abad ke-16. Untuk mengatasi mual muntah, konsumsi jahe disarankan sebelum menjalani kemoterapi.

Jahe telah dipelajari dalam beberapa penelitian dan diketahui bermanfaat untuk mengatasi keluhan mual muntah akibat motion sickness, operasi, dan kehamilan. Pemberian jahe untuk mencegah motion sickness telah direkomendasikan di Eropa.

Bahkan, Food and Drug Association (FDA) Amerika Serikat mengklasifikasikan jahe sebagai substansi yang aman dikomsumsi kurang dari empat gram sehari, bukan sebagai obat.

“Selain jahe, cinnamon bark, peppermint, chamomile, fennel, dan rosewood juga merupakan suplemen herbal yang dapat dikonsumsi untuk mencegah atau mengurangi mual muntah pasca kemoterapi,” jelasnya.

Selain mengonsumsi obat dan herbal, akupunktur ternyata bisa menjadi alternatif yang patut dicoba. Akupuntur telah lama dikenal sebagai pengobatan cina tradisional yang telah ada sejak empat ribu tahun lalu.

Akupuntur dilakukan dengan cara memasukkan jarum pada titik tertentu di tubuh. Titik tempat dimasukkannya jarum memiliki fungsi tertentu, dalam hal ini yang dapat mencegah atau menurunkan mual muntah.

Terakhir bisa dengan terapi biopsikobehavioral. Terapi ini meliputi progressive muscle relaxation (PMR), imajinasi terbimbing, hipnosis, dan latihan. PMR merupakan latihan menegangkan dan melemaskan otot-otot tertentu yang dapat membuat relaks fisik dan mental.

Berbeda dengan PMR, imajinasi terbimbing berusaha meningkatkan konsentrasi pasien terhadap suatu benda, berkaitan dengan pengalaman sensorik. PMR yang dilakukan bersama dengan imajinasi terbimbing mampu menurunkan kemungkinan terjadinya mual muntah selama 4 hari setelah pemberian kemoterapi.

”Hipnosis diri sendiri merupakan teknik membentuk imajinasi sehingga menciptakan rasa baik dan aman. Selain itu, terdapat beberapa latihan aerobik yang bisa diikuti karena mampu menurunkan mual muntah,”ungkapnya.

Seperti diketahui, penyakit kanker merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia, setelah penyakit jantung. (*)

Penulis: Sefya H Istighfaricha

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).