Kampanye Gerakan Sosial Ala Milenial

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
gerakan
Ilustrasi oleh cluber.info

UNAIR NEWS – Hidup dan berinteraksi dengan orang lain disekitar akan membuka ruang dimensi pengetahuan dan informasi baru. Namun, paradoksnya dalam berinteraksi sering kali memunculkan sebuah keniscayaan yakni berupa konflik. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan seperangkat alat hidup. Tidak hanya perangkat-perangkat yang terlihat seperti panca indera, melainkan juga akal dan perasaan agar manusia hidup didunia  tidak sekedar hidup. Melainkan bisa memikirkan dan memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk itu, munculnya agenda-agenda pengabdian merupakan sebuah keharusan bagi setiap manusia. Dan seharusnya agenda-agenda tersebut tidak hanya sebatas penyelesaian sks perkuliahan atau sebatas event organisasi, melainkan dimanapun dan kapanpun senantiasa dilakukan sebagai bentuk kewarasan manusia atas akal dan perasaannya.

Mengabdi bukanlah persoalan benefit material yang akan didapatkan, melainkan suatu keikhlasan dari apa yang dimiliki dan diberikan kepada orang lain. Berbagai macam varietas gerakan sosial telah banyak bermunculan, salah satunya yakni agenda pengabdian kepada masyarakat di berbagai aspek yang dilatar belakangi pada hasrat kepedulian sesama. Pada dasarnya, munculnya gerakan-gerakan sosial pada ranah masyarakat merupakan entitas pembuktian bahwa pemerintah belum atau bahkan tidak sanggup menjangkaunya dan juga menjadi kritik atasnya. Namun perlu diketahui, bahwa untuk mewujudkan cita-cita suatu negara, tidak hanya satu atau dua instrumen saja yang bergerak, melainkan seluruh komponen yang tercakup didalamnya. Jadi, gerakan-gerakan sosial (pengabdian) yang telah diinisiasi merupakan bentuk kesadaran fundamental atas akal dan perasaan yang diberikan Tuhan kepada inisiator.

Lagi-lagi menghargai peradaban menjadi salah satu parameter keberhasilan suatu negara. Saat ini masyarakat Indonesia menginjakkan kaki pada fase  masyarakat (ber)teknologi yang ditandai dengan maraknya digitalisasi hampir diseluruh aspek kehidupan.. Hal ini dapat di lihat sebagai hal yang sangat potensial dalam mengembangkan gerakan-gerakan sosial (pengabdian) oleh para inisitor dan orang-orang yang terlibat didalamnya untuk mengkampanyekan gerakan sosial mereka. Gerakan sosial dapat dipandang sebagai gerakan yang sukses apabila dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat yang menjadi obyek pengabdian maupun masyarakat yang membantu baik dalam hal tenaga maupun finansial. Selain itu juga memiliki massa yang banyak guna keberlangsungan dan keberlanjutan gerakan sosial tersebut. Dan ini dapat dipandang sebagai fenomena sosial kekinian masyarakat Indonesia.

Tren Gerakan Sosial Kekinian

Berkaitan dengan penjelasan sebelumnya, bahwa masyarakat Indonesia saat ini berada pada fase masyarakat (ber)teknologi yang ditandai dengan maraknya proses digitalisasi dan terciptanya ruang publik online yakni media sosial. Sehingga hal itu memudahkan terjadinya persebaran dan penyerapan informasi ke seluruh masyarakat. Seperti yang mudah sekali di temui, informasi terkait gerakan-gerakan sosial dapat kita temukan di media-media sosial baik dalam bentuk publikasi visual maupun publikasi tekstual. Apalagi kini dalam setiap perjalanan hidup para pemuda, media sosial menjadi langgam baru dalam mengekspresikan diri. Apapun yang di lakukan dan dialaminya dapat dipublikasikan melalui media sosial tersebut.

Hal ini lah yang kemudian menjadikan gerakan-gerakan sosial sebagai tren yang banyak diminati oleh para Pemuda. Karena nantinya akan tercipta sebuah citra diri yang terpandang baik apabila artefak sisa pengabdian di publikasi oleh para pemuda dan dapat dilihat serta di nilai oleh orang lain.

Efektifitas Membangun Kesadaran Kolektif Pemuda

Kini, berbagai macam ruang publik online telah didominasi oleh pemuda. Sehingga dalam memobilisasi massa utamanya pemuda, memanfaatkan aktivitas media sosial menjadi hal yang sangat strategis. Seperti pernyataan Donk yang di kutip oleh I Gede Agung Ayu Kade Galuh dalam bukunya (Media Sosial dan Demokrasi) bahwa aktivitas media sosial terbukti mampu mempengaruhi bentuk gerakan nyata. Kemampuan aktivitas media sosial tersebut dapat terwujud setidaknya ada tiga cara yakni pembagian definisi masalah sebagai dasar pembentukan identitas kolektif, mampu memobilisasi anggota, serta memperluas jaringan dengan menghubungkan sejumlah organisasi lain yang berbeda.

Jelas bahwa strategi media sosial sangat efektif apabila menjadi habits dalam memobilisasi pemuda untuk menggerakkan gerakan-gerakan sosial berupa pengabdian masyarakat mengingat bahwa aktivitas gerakan sosial membutuhkan masa yang tidak sedikit. Seperti definisi gerakan sosial menurut Anthony Giddens yang mengatakan bahwa gerakan sosial merupakan suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action).

Di lingkungan kampus pun, hampir di semua organisasi-organisasi baik intra maupun ekstra yang memiliki agenda pengabdian masyarakat selalu memainkan peran media sosial dalam upaya memobilisasi masa. Melalui publikasi baik sebelum berlangsungnya maupun saat berlangsungnya agenda pengabdian yang di posting lewat media sosial organisasi, dapat menjadi strategi dalam memobilisasi mahasiswa untuk senantiasa berpartisipasi dalam agenda pengabdian sebagai upaya menerapkan poin ketiga Tri Dharman Perguruan Tinggi serta dapat menjadi stimulus bagi mereka yang belum memiliki itikad pengabdian masyarakat maupun belum memiliki kesempatan untuk melakukan pengabdian masyarakat.

Berita Terkait

Muchammad Yusuf Hidayat

Muchammad Yusuf Hidayat

Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga