Ibu Pertiwi dan Aku Lahir Tepat di 2030 (Part II)

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
kumparan com
Ilustrasi kumparan com

Sepasang suami istri muda itu akhirnya pulang. Si suami menahan penjelasan dokter sampai di rumah. Sepanjang perjalanan ia hanya mencoba menghibur istrinya, sekaligus menyembunyikan rasa khawatirnya yang begitu dalam. Ia hanya berpesan untuk tidak bekerja terlalu keras di rumah. Hingga ketika sudah sampai di rumah, sang istripun bertanya.

“Mas, tadi dokter kelihatannya berbicara khusus dengan Mas. Memang dokter berpesan apa ?”

Pertiwi memang seorang istri yang begitu teliti, ia pandai bertanya, dan tak sedikit pula rahasia-rahasia suaminya dapat ia korek dengan mudah. Seperti misalnya, saat 3 bulan lalu, Pertiwi yang lagi ngidam minta di belikan motor baru. Si suami yang hanya punya simpanan sedikit, tak pelak harus menghutang ke salah seorang temannya dengan bunga yang fantastis. Padahal, si suami bilang ia mengambil hutang dari kakaknya. Tak salah, tapi nyatanya si kakak adalah penjilat yang tak kenal ampun kepada siapapun juga. Termasuk ke adiknya sendiri.

“Kenapa Mas terlihat murung, mendengar pertanyaanku itu ?”

“Tidak, Pertiwi. Dokter hanya berpesan agar aku lebih banyak menjagamu. Tadi aku bilang ke dokter, kalau selama ini aku terlalu sibuk bekerja. Kerja, kerja dan kerja. Tanpa sadar kalau kamu sedang hamil tua. Seharusnya, aku lebih mengerti kamu. Memperhatikanmu.”

“Mas tidak bohongkan ?”

Si suami kemudian memeluknya. Dan mengecup keningnya, lalu bermanja-manja sambil mengelus perut si istri yang sudah besar.

“Sebentar lagi, kamu akan lahir nak. Kamu pasti nanti gagah, seperti Ayah. Ayah sudah rindu menunggu kelahiranmu.”

***

Penulis: Sukartono (Alumni MTK UNAIR 2012)

Berita Terkait

Sukartono

Sukartono

Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Angkatan 2012