Dua Tahun ”Unair News” dan Perangai Ilmiah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
unair news
BEBERAPA anggota sivitas akademika UNAIR ketika ikut merayakan dua tahun berdirinya News Unair, yang diperingati Jumat (29/12) di kampus C UNAIR. (Foto: Helmy Rafsanjani)

TIDAK ada sumber pasti yang menyatakan kapan berita pertama hadir di muka bumi. Namun, terselip sebuah fakta menarik pada kisah Nabi Nuh yang melegenda. Ketika itu, bumi ditimpa banjir yang berkepanjangan dan berbulan-bulan sampai menenggelamkan seluruh daratan.

Hanya kapal Nabi Nuh yang bertahan bersama orang-orang yang beriman dan juga hewan-hewan yang berpasang-pasangan. Hingga salah seorang diantara mereka bertanya bagaimana kondisi air bah di luar? Akhirnya Nabi Nuh mengutus burung Hud-Hud untuk menengok kondisi banjir yang telah mengombang-ambingkan mereka berbulan-bulan lamanya.

Beberapa saat kemudian, datanglah burung Hud-Hud sembari melaporkan kondisi yang ada di luar. Ia menyampaikan bahwa banjir telah berangsung-angsur surut. Sementara bahtera Nabi Nuh telah terdampar di sebuah gunung.

Itulah kabar atau berita yang pertama kali tercatat di muka bumi ini. Benar atau pun tidak fakta tersebut, yang pasti sejak momentum itu penyampaian informasi di muka bumi bertransformasi begitu cepatnya, mengikuti perkembangan zaman.

Berlanjut ke zaman Romawi kuno. Di era ini mereka memiliki ide membuat catatan sehari – hari dalam bentuk gulungan yang biasa disebut dengan Acra Diurna. Kegiatan tersebut berubah drastis ketika Guttenberg memperkenalkan inovasi sebuah mesin ketik di abad ke-15. Semenjak itulah sejarah perkembangan surat kabar telah memasuki babak baru. Dimana kertas-kertas telah ikut serta dalam penyebaran berita. Tercatat, surat kabar pertama kali muncul tahun 1960 di Amerika dengan nama Public Occurrenses Both Foreign and Domestic.

Melalui kegiatan penjelajahan bangsa barat untuk misi rempah-rempah sebagai kekayaan daerah timur, akhirnya tahun 1744 terbit sebuah surat kabar Belanda pertama bernama ”Bataviasche Nouvelles di bumi Nusantara.

Surat kabar itu memuat kabar pemerintahan, surat lelang, sampai kutipan-kutipan berita dari surat kabar Eropa. Pasang surut perjalanan industri surat kabar di Nusantara akhirnya sampai di zaman pergerakan. Para pejuang sudah mulai berani menyuarakan keadilan melalui surat-surat kabar bawah tanah untuk kemerdekaan Indonesia.

Hingga sampai di masa orde baru, dimana media massa berada di zaman kegelapan. Ketika kebebasan pers benar-benar dibatasi oleh pemerintahan. Banyak surat kabar yang mengkritisi pemerintahan kala itu dibreidel oleh pemerintah. Namun, era reformasi menjanjikan kebebasan pers bagi para pelaku penyebar berita.

Momen globalisasi semakin menyemarakkan arti kebebasan berpendapat melalui media massa. Hingga sampai pada Marc Prensky (2001), seorang lulusan Harvard University memperkenalkan istilah digital native atau penduduk asli dunia digital untuk mendeskripsikan betapa kompleksnya pusaran jejaring online.

Abad media informasi telah berganti. Kini telah banyak kita temui portal-portal berita online yang bermunculan bak musim penghujan. Mulai dari portal berita yang berbadan hukum, penyebar kebaikan, sampai situs-situs mainstream penyebar ujaran kebencian dan berita hoax. Mereka memiliki satu tujuan: yakni mempermudah manusia zaman sekarang ini untuk mengakses konten-konten berita melalui layar laptop maupun ”genggaman” layar smartphone. Praktis, media cetak mulai tersaingi.

Di Universitas Airlangga sendiri juga terjadi hal serupa. Dimana penyebaran media informasi antar sivitas akademika yang semula melalui Warta Unair dan terbit setiap bulan (bulanan) berbentuk tabloid, telah diganti dengan portal media online kampus; unair.news.ac.id. Tetapi media of-line-nya (media cetak) masih dipertahankan. Warta Unair berubah wujud menjadi majalah ”Warta Universitas Airlangga” dan terbit tiga bulanan setebal 80 halaman.

Salah satu alasan terkait hal tersebut adalah sudah saatnya untuk tidak menghambur – hamburkan kertas yang sejalan dengan pengrusakan lingkungan. Maka tertanggal 30 Desember tepat dua tahun yang lalu, unair.news.ac.id resmi berdiri.

Mahasiswa dan Perangai Ilmiah

Perangai Ilmiah merupakan kondisi puncak seorang manusia setelah semasa hidupnya dijejali dengan pengetahuan ilmiah, kemudian diterapkan dalam keterampilan ilmiah, melalui pembiasaan, sampai menjadi sebuah perangai baik dalam berpikir maupun bertindak.

Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India yang pertama, mendefinisikan perangai ilmiah dengan istilah Scientific Temper pada tahun 1946. Bahwa perangai ilmiah adalah perangai berpetualang guna menggali kebenaran dan pengetahuan baru. Tidak hanya sebatas dunia sains saja, karena perangai ilmiah juga diperlukan manusia dalam kehidupan guna menyelesaikan problematika hidup.

Bagi mahasiswa, perangai ilmiah memiliki peranan yang begitu sentral. Karena melalui kebiasaan tersebut, mahasiswa selaku agen perubahan dapat menyelaraskan sesuatu yang didapat dengan kenyataan yang ada di lingkungan. Tidak asal mengambil hipotesis, tetapi melalui proses berpikir, hingga memperbaiki Mind Mapping yang dimiliki. Praktis, mahasiswa memerlukan wadah dan lingkungan untuk mengasah perangai ilmiah yang dimiliki.

Salah satu hal yang dapat dioptimalkan adalah melalui peran serta portal berita online kampus, dalam hal ini News Unair. Selama dua tahun berjalan, eksistensi News Unair perlu mendapatkan peremajaan sebagai media teraktual dalam memberitakan kemajuan kampus. Mengingat literasi menjadi salah satu wadah dalam mengasah perangai ilmiah. Apalagi masih banyak mahasiswa Unair yang belum mengerti akan keberadaan News Unair.

Oleh karena itu, pada momentum dua tahun berdirinya, besar harapan News Unair menjadi portal media online kampus teraktual dalam memberitakan prestasi maupun sepak-terjang sivitas akademika Universitas Airlangga.

Dengan demikian, era World Class University (WCU) sebagai mimpi tertinggi Universitas Airlangga pada dekade ini akan dapat tergapai dengan bantuan News Unair, melalui informasi dan berita-beritanya, serta kabar gembira bagi seluruh sivitas akademika. Semoga. (*)

Editor : Bambang Bes

Berita Terkait

Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok

Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok

Penulis adalah mahasiswa S-1 Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga. Tinggal di: wahyusyafiul@gmail.com