FST UNAIR Dorong Pengembangan Nanotechnology dan Nanoscience dengan Simposium Internasional

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Teknologi Nano
Dekan FST UNAIR Prof., Drs., Win Darmanto, M.Si., Ph.D., (kiri) memberikan cendera mata kepada Prof Kayle E. Cordova, dari University California Barkeley dalam International Symposium on Nanoscience & Nanotechnology in Life Science 2017 di Hotel Santika Surabaya, Selasa (28/11).

UNAIR NEWS – Pada 29 Desember tahun 1959, dalam sebuah pidato ilmiah yang diselenggarakan American Physical Society di Caltech (California Institute of Technology), Richard Feynman, untuk kali pertama memperkenalkan konsep nanoteknologi melalui orasinya yang berjudul ”There’s Plenty of Room at the Bottom”.

Hingga saat ini, perkembangan nanotechnology dan nanoscience menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Terbukti kini banyak produk nano di berbagai bidang kehidupan seperti hardisk di bidang teknologi informasi.

Seperti halnya negara-negara di dunia, Indonesia melalui LIPI maupun perguruan tinggi turut mengembangkan teknologi itu. Salah satunya dilakukan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga yang bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui International Symposium on Nanoscience & Nanotechnology in Life Science 2017. Simposium yang diadakan kali keempat tersebut diikuti 67 penyaji makalah dan 50 peserta, per hari.

”Simposium ini yang kali keempat. Tiga di antaranya merupakan simposium internal ITB. Tapi, yang keempat ini, FST UNAIR mendapat kepercayaan melaksanakannya di Surabaya,” tutur dosen fisika UNAIR sekaligus Ketua Panitia Febdian Rusydi, S.T., M.S.C., Ph.D kepada UNAIR News.

Sementara itu, menanggapi kegiatan tersebut, Dekan FST UNAIR Prof., Drs., Win Darmanto, M.Si., Ph.D mengungkapkan bahwa simposium itu merupakan salah satu terobosan FST dalam menunjang kegiatan akademik, terutama bidang nanotechnology dan nanoscience. Mengingat kegiatan semacam itu masih sangat jarang diadakan di UNAIR, bahkan di Indonesia.

”Kerja sama ini juga akan melebar, selain University of California Berkeley, dengan Universitas MARA Malaysia dan UTPM, Malaysia. Juga, rencananya, pemenang nobel yang satu grup dengan Prof. Kyle E. Cordova datang ke UNAIR April. Semoga dapat memelopori semangat keilmuan di UNAIR,” imbuhnya.

Dalam simposium mulai Selasa hingga Rabu (28–29/11) di Hotel Santika Surabaya tersebut, hadir empat pembicara. Yakni, Prof. Kyle E. Cordova, dari University of California Berkeley; Heni Rachmawati Ph.D., kepala divisi kedokteran nano di pusat penelitian nanotechnology dan nanoscience ITB; Dr. Tommy Julianto Bustami Effendi, pakar nano-herbal dan nano-cosmetic yang memperoleh gelar magister dari Universiti Teknologi MARA, Malaysia; serta Mochammad Zakki Fahmi, Ph.D., ahli kimia fisik, geopolimer, dan nanokimia yang menerima gelar Ph.D dari Universitas Sains dan Teknologi Nasional Taiwan, 2014.

”Yang menarik, pembicaranya (Prof. Kyle, Red) merupakan asisten Prof. Omar Yaghi dari Barkeley University, California. Prof. Omar Yaghi adalah ahli kimia kelas dunia. Itu level risetnya kelas nobel exercise. Jadi, melalui simposium ini, semoga jumlah publikasi ilmiah UNAIR dapat meningkat,” ujar Febdian. ”Memang sudah saatnya pengembangan teknologi, terutama riset, di Indonesia, harus diarahkan ke level nano. Baik bidang pertanian maupun kesehatan,” tambahnya. (*)

Penulis: Feri Fenoria

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

Achmad Chasina Aula

Achmad Chasina Aula

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi