Agamaku, Surga-Neraka dan Puasaku II

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi
Ilustrasi

UNAIR NEWS – Alasanku masih memegang agama adalah untuk menuju pada ketenangan diri. Aku yakin Islam adalah pintu selamat, pintu ketenangan, keteduhan dan kasih sayang. Di dalam ketenangan itulah aku menemukan surga. Dan di dalam kasih sayanglah, aku menemukan bidadari-bidadari yang sedang merayu, menggoda dan membawaku pada kepuasan rohaniah imajiner yang tiada ukurnya.

Aku yakin iman itulah yang akan mempertemukanku setiap waktu memandang wajah Tuhanku. Dan dengan jalan berpasrah kepada-Nya, senatiasa syukur serta tawakal. Dari situlah letak aliran sungai di dalam surga dapat kunikmati, kupegang, dan ku kendalikan.

Senatiasa ku sadari, bahwa kelemahan, rasa lupa bahkan dosa dan nista sering kulakoni. Aku juga tak akan lepas dari siksa-siksa neraka. Aku bukan orang suci.

Sedikit saja aku menggantungkan diri pada orang lain, pada dunia, dan pada rasa cinta yang berlebih-lebihan. Maka dosa kekafiran memanggangku, mengintai pada rasa kecewa di kemudian hari. Perasaan kecewa, susah, sedih inilah yang lekat dalam ingatan, menusukkan siksa tanpa mampu membunuhku sekejap saja—bisa menghantui lama. Hidup tak mati-mati dalam siksaan.

Bahkan aku terasa takut dalam era ini. Sangat sedemikian takut. Dosaku, nistaku, dan kesalahanku, janganlah dikekalkan di alam IT. Sehingga anak, cucu, buyut, canggah dan keturunanku sewaktu-waktu tak terjebak dalam aib. Ikut melaknatku, dan yang kutakut ialah mereka menolak mengakui garis darahku.

Era informasi ini bagiku jebakan, tapi juga peluang. Era ini lebih kekal dan mengekalkan segala hal di dunia, baik keburukan maupun kebaikan. Bahkan, laknat kepada Fir’aun, Qarun, Abu Lahab dan Abu Jahal bisa saja digantikan oleh nama-nama baru ke dalam dunia segenggaman tangan itu. Itulah neraka yang harus diwaspadai bersama. Maka berhati-hatilah dengan dunia yang tak kenal tega ini. Untuk menjadi baik, baiklah tanpa takut sendiri. Kalau memilih menjadi buruk, tanggunglah sendiri.

 

Penulis: Sukartono (Alumni Matematika UNAIR)

Berita Terkait

Sukartono

Sukartono

Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Angkatan 2012