Sang Inspirator Zaman

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

“Ketika kau ingin menjadi orang besar, maka milikilah panutan dan teladan yang berkepribadian besar” (Hikmah)

Sungguh setiap manusia akan binasa, kecuali mereka yang berilmu. Setiap yang berilmu pun akan tiada, kecuali mereka yang beramal. Dan, setiap yang beramal pun juga akan binasa kecuali mereka yang ikhlas.

Begitu banyak manusia, namun sedikit yang mau berjuang dan melakukan perubahan serta pengorbanan. Dari yang sedikitnya tadi, ternyata lebih sedikit lagi yang bersabar dan istiqomah. Dari sedikitnya yang istiqomah itu, lebih sedikit lagi yang memperoleh dan menghasilkan karya nyata.

Itulah sedikitnya sosok pahlawan. Mereka terus berkarya dan bekerja walau tak pernah diliput media. Tidak tinggi hati ketika dipuji, dan tidak pula rendah diri ketika dicaci dan dimaki.

Segalanya, jiwa, raga, dan harta terus dikorbankan untuk terus meraih kemerdekaan dan kesejahteraan serta mengisinya dengan penuh kebaikan. Bukan jabatan, uang, pujian atau pun yang lain yang ia butuhkan, tetapi hanya satu yaitu keberkahan, maka pantaslah namanya terkenang sepanjang zaman.

Ketika kau ingin menjadi orang besar, maka milikilah panutan dan teladan yang berkepribadian besar. Mereka semua pada awalnya sama dengan kita. Terus belajar dan mencoba, bahkan tak jarang juga yang melakukan kesalahan.

Namun satu yang menjadi pedoman, yaitu mereka dibimbing oleh ayat-ayat Tuhan yang seolah tertanam di dalam dada. Mereka hadirkan Tuhan selalu di aktivitas kegiatannya, sehingga sumber motivasinya bukanlah dari pujian, uang, dorongan dari orang lain, tapi kekuatannya dari Sang Pemilik Kehidupan.

Mereka menolong dan mengasihi orang sebagaimana Tuhan mengasihi dan memberi. Ia pun sabar akan cobaan sebagaimana sabarnya Tuhan dengan mengahadapi insan. Ia pun dengan mudahnya memaafkan sebagaimana Tuhan mengampuni dosa dan kesalahan yang dimaafkan. Mereka berusaha dan terus mencoba melakukan kebaikan, karena mereka sadar dalam kebaikan, disitulah Tuhan berada.

Bukan saatnya hanya mencari teladan, tapi cobalah jadi teladan dan inspirator terbaik. Ketauhilah, dari sekian banyak manusia, ada manusia-manusia terbaik didalamnya, yang seolah menjadi bintang-bintang ditengah kegelapan. Merekalah yang paling baik akhlaknya dan terbaik pula kebermanfaatannya.

Hidupnya penuh dengan pengabdian. Semakin ia bertambah kaya, semakin pula ia bertambah dermawan. Semakin ia terkenal dan populer, semakin pula ia menjadi teladan. Semakin tinggi jabatannya, semakin pula ia tambah amanahnya. Semakin luas dan dalam ilmunya, semakin besar pula rasa takutnya kepada Tuhannya.

Merekalah para permata surga yang terlahir di dunia. Menawan akhlaknya, suci jiwanya, bersih hatinya, kuat akidahnya, khusyuk ibadahnya, cerdas dan terbuka pemikirannya. Luas ilmunya, brilian ide-idenya, mulia akhlaknya, teduh parasnya, santun ucapannya, soleh-soleha gelarnya, dzikir diamnya, nasihat ucapannya, pengabdian gerak-geriknya, dan petuah bijak kalimatnya serta segalanya pun jadi ibadah.

Ketika susah, sabar perilakunya. Ketika dapat nikmat, syukur tak lupa acuannya. Segalanya dipandang dengan positif pikirannya. Bukan menyalahkan atau mengambinghitamkan pihak lain, namun mengevaluasi diri terhadap apa kesalahan yang telah dilakukan.

Tengoklah kisah para teladan dan orang-orang besar dunia. Lihatlah kisah Muhammad bin Abdullah, Isa bin Maryam, Nuh, Ibrahim, Musa, Yusuf, Abu Bakar, Umar bin Khattab, hingga Sir Izac Newton, Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, ataupun yang lainnya yang mengubah dan mewarnai dunia.

Tiap hari mereka dicaci dan dilempari. Bodoh dan gila itulah gelar yang disandangnya dari yang membenci. Tak jarang pula mereka dikucilkan, diasingkan, bahkan diusir dari kampung halaman. Padahal satu yang dibawanya: yaitu kebenaran dan kebaikan.

Tak ada hal yang disesali, karena ia yakin semua atas izin Illahi. Ketika satu pintu tertutup, pasti ada pintu lain yang telah terbuka. Mimpinya bukan tuk pribadi, tapi untuk kemaslahatan negeri. Seolah selalu iri diri ini ketika melihat mereka yang mampu menjadi pribadi sekelas itu.

Seolah itulah yang menjadi makanan dan sumber energinya. Saya pun selalu berdoa dan mendo’akan Anda semua, semoga suatu saat bisa menjadi manusia sekualitas itu dan bukan lagi mencari teladan, tetapi menjadi teladan yang dikenang sepanjang zaman. (*)

Editor: Bambang Bes

Berita Terkait

Sunali Agus Eko Purnomo

Sunali Agus Eko Purnomo

Penulis adalah aktivis dan mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Ia tinggal di: sunali.agus313@gmail.com