UNAIR NEWS – Universitas Airlangga memiliki berbagai macam ikon yang sangat dikenal baik oleh masyarakat Surabaya. Selain lambang garuda Prabu Airlangga, danau UNAIR yang terletak di kampus C juga merupakan salah satu ikon yang sangat dikenal oleh warga Surabaya. Setiap akhir pekannya, danau UNAIR selalu dipenuhi oleh pengunjung local yang merupak warga sekitar kampus. Selain menikmati pemandangan danau, mereka juga dapat memberikan makan kepada angsa-angsa dan ikan yang sengaja dipelihara di sekitar danau.
Sudah seminggu yang lalu,di danau UNAIR tersebut ditemukan banyak ikan-ikan yang mati. Hal tersebut sontak menghebohkan para pengunjung. Banyak spekulasi yang muncul terhadap peristiwa matinya ikan-ikan di danau. Untuk membuktikan penyebab matinya ikan-ikan di danau tersebut, perwakilan dari mahasiswa dan dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga turun tangan. Para mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan yang tergabung dalam Kajian Keilmiahan Mahasiswa (KAKEMA) FPK UNAIR mulai bergerak untuk menyelidiki kematian ikan-ikan tersebut. Hal pertama yang mereka lakukan setelah menyaring ikan-ikan yang mati adalah mengambil data sampel.
“Data sampel yang kami kumpulkan selain beberapa ikan yang mati, juga air danau itu sendiri,” ujar Zakki Ardiansyah salah satu mahasiswa FPK yang tergabung dalam KAKEMA FPK UNAIR.
Pengujian sampel tersebut dibimbing langsung oleh dosen dari Fakultas Perikanan dan Kelautan. Salah satu dosen yang turut ambil alih adalah Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, M. P. selaku Wakil Dekan I FPK. “Dari sampel ikan yang kami dapatkan, terlihat banyak lumpur di insang ikan-ikan tersebut. Selain itu dari uji sampel air danau menunjukan adanya penurunan kadar oksigen (DO) yang rendah, dan tingginya kadar amoniak,” ujar Endang.
Selain itu, Endang menambahkan, salah satu penyebab dari rendahnya kadar oksigen dan tingginya amoniak dalam air danau adalah tingginya curah hujan sepekan terakhir. “Banyak lumpur yang terseret masuk oleh air hujan kedalam danau, menyebabkan semakin menumpuknya lumpur di dasar danau, hal tersebut yang akhirnya menyebabkan tingginya amoniak yang buruk bagi ikan-ikan tersebut, dan menurunnya oksigen yang sangat diperlukan ikan untuk bertahan hidup,” ujar Endang.


Sebagai langkah untuk mengurangi jumlah ikan yang mati di danau unair, pihak FPK melalui KAKEMA akan menebar kapur zeolite ke danau dan dilanjutkan dengan menebarkan probiotik. “Zeolite merupakan jenis kapur yang digunakan sebagai pengikat senyawa toksik yang ada di dalam air dan di dasar danau. Sementara probiotik digunakan untuk membantu mengurai kelebihan bahan organik yang ada di dalam air dan di dasar danau,” ujar Zakki.
Untuk mencegah agar hal tersebut tidak terulang lagi, Endang menjelaskan bahwa lumpur yang ada di dasar danau perlu untuk dibersihkan. “Danau di Kampus C UNAIR ini memang tidak didesain untuk menyerupai tambak, dimana tidak tersedianya saluran untuk membersihkan dasar danau. Oleh karena itu, event panen ikan yang dilakukan di danau Kampus C ini agar terus dilakukan setiap tahunnya, dengan catatan untuk setiap kali dikuras lumpur yang ada di dasar danau juga ikut dibersihkan, hal ini tentunya agar kejadian matinya ikan-ikan disini tidak terulang lagi ditahun berikutnya,” ujar Endang. (*)
Penulis : Alifian Sukma
Editor : Dilan Salsabila